Denpasar[KP]-Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, mendampingi Asesor (Tim Penilai dan Peninjau) dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang hadir di Belitung untuk melakukan penilaian pada taman bumi yang diusulkan menjadi geopark dunia. “Mereka sudah di Belitung selama empat hari, sejak 25 Juni lalu. Kedua asesor yang datang disambut cukup meriah oleh masyarakat yang menandakan bahwa aktivitas pemberdayaan masyarakat di geopark ini sudah berjalan dengan baik,” ujar Asisten Deputi Bidang Jejaring Inovasi Maritim, Latief Nurbana, yang hadir mewakili Kemenko Bidang Kemaritiman di Belitung,, Minggu (30/6).
Asdep Latief menjelaskan, kedua Asesor Unesco, yakni Andreas Schuller dan Jean Simon Pages diajak untuk menikmati kelengkapan warisan geologi, warisan budaya dan keanekaragaman hayati yang terdapat di Belitung. Asesor kagum dengan apa yang mereka lihat karena baru pertama kali ke Indonesia.
“Mereka memberi impresi kekompakan dan tekad Geopark Belitung untuk maju. Terlebih, penyambutan resmi otoritas Pemerintah Daerah yang dalam hal ini disambut langsung oleh Bupati Belitung dan Belitung Timur serta Wakil Gubernur Provinsi Bangka Belitung dilakukan sangat meriah dengan menampilkan acara budaya berupa tarian dan iringan lagu melayu,” jelasnya.
Kemudian, lanjut Asdep Latief, kedua asesor menyampaikan ucapan terima kasih dan kagum dengan budaya adat Belitung yang tidak ditemuinya di Eropa.. “Mereka berkeyakinan bahwa Geopark Pulau Belitung ke depannya akan menjadi UNESCO Global Geopark,” tambahnya.
Asdep Latief pun menyampaikan, bahwa Geopark Pulau Belitung sudah menjadi geopark nasional pada tahun 2017, tapi untuk wisatawan luar negeri masih belum banyak yang datang. Untuk itu, salah satu cara menarik wisatawan luar negeri untuk datang ke Pulau Belitung, dengan membuat Geopark Belitung menjadi UNESCO Global Geopark.
“Melalui kekompakan Tim Badan Pengelola Geopark Pulau Belitung selama penilaian dan bukti-bukti yang mampu ditunjukkan dengan baik kepada asesor, maka saya berkeyakinan bahwa Geopark Pulau Belitung akan segera menjadi UNESCO Global Geopark,” terang Asdep Latief.
Sementara itu, salah seorang Asesor, Andreas Schuler mengaku sangat tertarik dengan karakteristik warisan geologi yang menurutnya berkelas internasional. “Misalnya saja ujung jalur timah (granit) Semenanjung Malaya yang berumur Parmo-Trias (321-275 tahun) dan merupakan hasil magmatisme yang berhubungan dengan subduksi, dan tersingkapnya batuan metasedimen Parmo-Karbon yang berumur 250-350 juta tahun. Pulau Belitung juga memiliki keunikan sejarah pertambangan timah tua di Indonesia dan TOR Granit. Terdapat juga batu tektit (satam) yang terbentuk akibat tabrakan antara meteor dengan batuan di Bumi,” ujarnya.
Lain lagi dengan Jean Simon Pages, yang mengungkapkan kekagumannya dengan adanya potensi keanekaragaman hayatinya, yang juga sangat berkelas internasional, dan belum tentu ada di belahan dunia lain. “Kami berhasil melihat Tarsius yang menjadi ikon Geopark Pulau Belitung. Tarsius Belitung ini berbeda dengan tarsius lainnya karena kepalanya dapat berputar 360 derajat. Selain itu pengelolaan Geosite Bukit Peramun juga sudah berkelas internasional dengan berbasis digital,” ungkapnya.
Selama proses penilaian, Badan Pengelola diperbolehkan mengundang observer untuk melihat dan mengawasi proses penilaian. Dalam hal ini perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Pariwisata, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, KNIU-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan beberapa perguruan tinggi.
Selanjutnya para asesor tersebut akan membuat laporan hasil penilaian yang akan disampaikan ke Council UNESCO dan akan dibahas hasilnya pada Council Meeting pada tanggal 31 Agustus – 2 September 2019 yang bertepatan dalam penyelenggaraan simposium Asia Pacific Geopark Networks ke-6 di Rinjani UNESCO Global Geopark, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Indonesia berharap Geopark Pulau Belitung memperoleh hasil positif dalam rapat Council tersebut dan dapat dinobatkan secara resmi menjadi UNESCO Global Geopark pada Sidang Eksekutif UNESCO yang akan diselenggarakan pada bulan April 2020. A01