Saatnya Rakyat Indonesia Bangkit Lawan Terorisme

Denpasar[KP]-Ketua Umum Patriot Garuda Nusantara (PGN) Kyai Haji Nuril Arifin Husein atau yang biasa akrab dipanggil Gus Nuril menegaskan, sudah seharusnya rakyat Indonesia membantu Polri dan TNI untuk memerangi terorisme atau radikalisme. Hal ini disampaikan Gus Nuril saat tampil sebagai pembicara dalam dialog kebangsaan bagi ratusan anggota Patriot Garuda Nusantara Provinsi Bali di Denpasar, Senin malam (31/5/2021). Hadir pada kesempatan tersebut antaraPanglima Komando Patriot Garuda Nusantara (PGN) Wilayah Bali, Gus Yadi,
Ketua Patriot Garuda Nusantara Wilayah Bali Daniar Trisasongko serta undangan lainnya. Gus Nuril mengatakan, Indonesia memiliki Satuan Densus 88, juga Gultor. Dunia segan dengan kesatuan yang bertugas memberantas terorisme ini. Sesungguhnya hal itu tidak penting. “Seharusnya semua rakyat Indonesia ini membantu Kepolisian memerangi terorisme. Bukan malah mendirikan Ormas-Ormas keagamaan, saling berantem di jalanan. Bukan malah membawa ideologi baru yang bertentangan dengan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika,” ujarnya.
Kondisi bangsa saat ini masih menghadapi ancaman keterpecahan ideologi dan terorismen. Faktanya, anak sekolah sudah diajarkan membawa bendera Palestina. Dimana-mana sudah diajarkan jihad. “Ada sekolah-sekolah yang dari kecil sudah diajarkan dengan jihad dengan membawa bendera Palestina. Harusnya rakyat biasa pun bisa bergerak untuk melawan ini semua. Kalau takut salahkan kepolisian. Jangan semuanya polisi. Rakyat harus membela meringankan beban Polisi, tidak semuanya harus diserahkan ke polisi,” serunya. Anak kecil sudah diajarkan jihad tanpa ada penjelasan. Padahal jihad hanya bisa terjadi ketika Indonesia ini diserang oleh pihak asing. Sementara saat ini Indonesia tidak sedang diserang oleh negara manapun di dunia ini. Ia mengisahkan, ketika kondisi ini terjadi, ada yang datang ke pesantrennya bertanya bagaimana menghadapi ini semua. “Saya minta agar ini ditangkap, diproses hukum, dan jangan dibiarkan. Makanya Kapolda Metro, mas Fadil, berjanji jika dia akan kejar kemana pun,” tegasnya.
Ia mengatakan, sejarah bangsa-bangsa di dunia telah membuktikan terjadinya perpecahan dalam negeri hanya karena agama atau ideologi. Sebut saja seperti Arab Saudi, Yaman, Suriah, yang walau sama-sama Muslim tapi pecah semua. Di Eropa ada Inggris, Irlandia, Belanda dan Belgia yang sama-sama Kristen tapi juga pecah belah. Di Indonesia kondisinya masih mengancam. Sampai saat ini masih ada polarisasi yang berpotensi mengancam disintegrasi bangsa. “Masih ada kecebong, masih ada kadrun, masih ada kodok dan berbagai sebutan lainnya. Padahal Pilpres sudah selesai. Jokowi sudah terpilih jadi presiden. Mas Prabowo sudah jadi menteri. Harusnya sudah selesai. Tetapi kenapa masih ada perpecahan. Di DKI Jakarta, Pilgub sudah selesai, kenapa masih ada kadrun, masih ada cebong, kodok. Ini ancaman perpecahan,” ujarnya.
Dalam kondisi seperti ini sudah seharusnya rakyat Indonesia bangkit untuk melawan ancaman perpecahan dan disintegrasi bangsa. Disinilah konsep Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta harus dikedepankan. Jangan sampai hal ini terjadi. “Indonesia harus kembali pesan leluhurnya yakni Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Kita yang dulunya tidak ikut berjuang, tugas kita adalah menjaganya. Kebangetan kalau hanya diminta menjaga tapi tidak bisa. Kalau benar-benar Pancasila maka tidak ada lagi kadrun, tidak ada lagi cebong, tidak ada lagi kampret. Masa menyebut diri Pancasila tetapi membenci saudaranya sendiri,” ujarnya. A01

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *