Sumber Daya Bali Permudah Keberhasilan Melawan Covid-19

Denpasar[KP]-Seorang wanita muda masuk ke sebuah gang di Jl. Tukad Banyusari No. 56. Banjar Kaja Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Ternyata disitu areal kos-kosan elite dengan jumlah sekitar 20-an kamar. Setelah memarkir sepeda motornya, sebelum menggendong kedua putra-putrinya, wanita muda itu mencuci tangan dengan air mengalir yang sudah disiapkan di depan kamar kosnya. Wanita mudah yang diketahui bernama Yanti itu menuturkan, seluruh areal di wilayahnya secara mandiri menyiapkan tempat cuci tangan secara swadaya. “Kami mendengar banyak edukasi, banyak sosialisasi baik dari pemerintah, para relawan, petugas desa dan kelurahan, baik langsung maupun melalui media massa tentang Covid-19. Salah satu pencegahannya adalah dengan mencuci tangan secara rutin. Dan itu kami lakukan secara mandiri, membeli wadah air sendiri, mengisi sendiri air, menyiapkan sabun. Semuanya mandiri,” ujarnya di Denpasar, Sabtu (30/5).
Yanti bersama suaminya Yansen mengawali penyiapan tempat cuci tangan di depan kamarnya. Kemudian seluruh penghuni kos lainnya mengikuti. “Semua penghuni di sini sibuk kerja. Mereka umumnya bekerja di luar, bertemu banyak orang. Dalam kontak dengan banyak orang tersebut, kita tidak tahu apakah mereka sehat atau tidak. Maka kami sepakat untuk menyiapkan tempat cuci tangan sebelum masuk rumah,” ujarnya. Upaya ini diikuti seluruh kamar lainnya dan akhirnya saat ini sudah menjadi kebiasaan bahwa siapa yang baru pulang sebelum masuk rumah wajib cuci tangan. Pantauan media ini beberapa kawasan di Kota Denpasar, pasca merebaknya Covid19, tempat cuci tangan publik mulai bertebaran. Bukan hanya di ruang publik, banyak pemukiman di Kota Denpasar yang secara mandiri menyiapkan tempat cuci tangan di depan rumahnya.
Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid19 Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, sumber daya Bali sangat memungkinkan dan mempermudah percepatan penanganan Covid19. Partisipasi masyarakat dalam menjaga dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya sangat tinggi. Ia menilai fakta yang ada di Jl Tukad Banyusari, Sesetan, Kecamatan Denpasar merupakan satu bukti bahwa kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam melindungi dirinya sendiri, keluarga dan lingkungannya sangat tinggi. Sesungguhnya fakta tersebut ada di banyak tempat di Bali. “Untuk di Bali, sumberdaya manusia patut diacungi jempol. Masyarakatnya cepat sadar, cepat memahami, cepat menyesuaikan diri. Memang diakui, disana sini masih ada saja masyarakat yang melanggar namun bila dibandingkan dengan masyarakat yang sadar maka jumlahnya lebih banyak, jauh melebihi kekurangan yang ada.
Ia mengakui, Bali menjadi salah satu provinsi dari 8 provinsi di Indonesia dengan penanganan Covid19 terbaik. Padahal sebelumnya, Bali diprediksi akan meledak karena Bali merupakan destinasi wisata terbaik dunia yang mengundang banyak turis dari berbagai belahan dunia lainnya. “Bali diapresiasi oleh pusat karena dinilai terbaik melakukan penanganan Covid19. Sebab Bali telah mengerahkan seluruh sumber daya yang ada, mulai dari Polri, TNI, relawan, SatPol PP, pecalang, desa adat, komponen pariwisata dan berbagai sumberdaya yang ada. Semua bergerak bersama dan serentak di seluruh Bali untuk memutus mata rantai penularan Covid19. Hasilnya, kasus positif bisa ditekan serendah-rendahnya,” ujarnya.
Hingga saat ini, kasus positif di Bali masih didominasi oleh kasus import. Kasus import yang dimaksud adalah kasus yang dibawa oleh WNA, ada 4 kasus, dan sisanya adalah mereka yang bekerja di luar negeri dan kembali ke Bali dengan virus Covid19, dan yang mereka yang baru kembali dari daerah zona merah seperti dari DKI, Jawa Timur terutama Surabaya, dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia. Hingga Jumat (29/5), secara kumulatif pasien positif sebanyak 443 orang. Dari jumlah ini yang transmisi lokal hanya sebanyak 193 orang. Dari total semuanya, total pasien sembuh sebanyak 320 orang. “Sesungguhnya kalau tidak ada pekerja migran dan mereka yang baru kembali dari daerah merah, maka Bali sangat landai,” ujarnya. Sumber daya lain yang dimiliki Bali adalah desa adat dan pecalangnya. Peran desa adat dan pecalang sangat efektif dalam menjaga wilayah desanya. Mereka bekerja siang dan malam melakukan pengamanan agar warga wajib masker dan akan ditindak tegas bila menemukan warga baik yang datang ke wilayahnya yang tidak menggunakan masker akan ditindak.
Sementara Gubernur Bali I Wayan Koster mengaku, Bali sekalipun tidak melakukan PSBB, tetapi menunjukkan kemampuan laju penyebaran Covid19. Sejak awal Covid19 merebak, Bali masih dijejali turis China. Namun karena gerak cepat semua komponen masyarakat, maka laju virus ini bisa ditekan. “Satgas berbasis desa adat yang disebut Satgas Gotong Royong bekerja sangat efektif menekan lajunya virus,” ujarnya. Buktinya, hingga saat ini Bali menunjukan bahwa kasus positif ditekan peningkatannya, tingkat kesembuhan sangat tinggi, dan kasus kematian pun tidak berubah yakni 4 orang.
Dalam penanganannya, Bali termasuk provinsi yang cepat merespon kasus Covid19. Begitu kasus ini muncul di akhir Februari 2020, Bali langsung membentuk tim dan mengeluarkan keputusan bersama Majelis Desa Adat dan PHDI untuk membentuk Satgas Gotong Royong. Desa adat dijadikan pilar utama dalam mengamankan wilayahnya dengan sanksi adatnya. “Mereka bekerja siang dan malam membentuk posko gotong royong untuk mengendalikan masuk keluarnya masyarakat ke wilayahnya,” ujarnya. Selain itu desa adat melakukan kegiatan Niskala atau ritual keagamaan sesuai dengan keyakinan agama Hindu dan kearifan lokal Bali. Upaya ini disebut dengan mitigasi spiritual yang sangat membantu menekan lajunya wabah Covid19.
Sumber daya lainnya adalah pelayanan kesehatan. Total rumah sakit rujukan sebanyak 11 rumah sakit dengan fasilitas yang serba canggih. Sementara kalau dari pusat hanya direkomendasikan 4 rumah sakit rujukan maka Bali berinisiatif memperbanyak rumah sakit rujukan menjadi 11 rumah sakit. Bukan hanya itu. Saat ini Bali menyiapkan tiga laboratorium canggih yang bisa melakukan pemeriksaan Swab perhari mencapai 490 orang. Belum terhitung pemeriksaan Rapid Test yang mencapai ribuan pasien perhari. A01