Viral, Pura Uluwatu Retak Selebar 30 Sentimeter
Denpasar [KP]-Kondisi Pura Uluwatu yang terletak di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung retak dengan lebar 30 sentimeter dan kedalaman 30 senti meter. Retaknya salah satu pura besar di Bali itu kembali viral di media sosial. Akibatnya, kondisi Pura yang menjadi penyanggah 9 mata angin dalam kepercayaan agama Hindu Bali itu menjadi pertanyaan banyak orang sehingga menimbulkan kekuatiran sendiri baik bagi umat Hindu Bali yang sedang melakukan persembahyangan maupun ribuan wisatawan yang setiap hari memadati Pura Uluwatu.
Kondisi pura yang terletak di ketinggian 77 meter di atas permukaan laut tersebut akhirnya mendapat atensi dari BPBD Bali karena kuatir akan terjadi kecelakaan jika sedang sembahyang. Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris BPBD Bali Made Rentin, seizin Kalaksa BPBD Bali menjelaskan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan pihak PUPR Provinsi Bali. “Saya sudah koordinasi dengan PUPR Bali untuk mengecek kebenaran viralnya Pura Uluwatu yang retak itu. Oleh Sekretaris PUPR Bali Dewa Ayu Puspa menjelaskan bahwa retakan itu sudah ditangani sejak tahun 2013 lalu. Hanya saja, retakan yang sama kembali muncul saat akan melakukan perbaikan Pura karena ada bagian yang tidak tertangani, tidak tertambal. Dan ini baru kelihatan sekarang. PUPR Bali mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak pemangku di Pura Uluwatu dan diperoleh penjelasan bahwa itu memang retakan lama dan tidak ada perubahan apa pun. Retakan itu sudah lama,” ujar Rentin saat dikonfirmasi di Denpasar, Selasa (8/1).
Masih menurut penjelasan PUPR Bali, pada masa kepemimpinan I Ketut Sudikerta sebagai Wakil Bupati Badung tahun 2013, dilakukan penanganan dengan cara menambal. Rupanya ada bagian yang tidak tertambal sehingga saat dibongkar untuk renovasi kondisi retak itu tampak lagi dan viral di media sosial. “Saat dikonfirmasi ke pemangku Pura Uluwatu yakni Jero Bendesa dan Mangku Gede, dijelaskan bahwa tidak ada retakan baru, dan sudah pernah ditangani oleh Pemkab Badung pada saat Pak Ketut Sudikerta menjadi Wakil Bupati Badung,” ujarnya. Penjelasan dari Pemangku Jero Gede mengatakan bahwa retakan itu sudah lama, tetapi tidak diketahui penyebabnya. Jika mau tahu secara detail perlu dilakukan penelitian dan pengkajian mendalam oleh pihak berkompeten dari badan geologi. “Kondisi retakan masih tetap sama sekalipun terjadi beberapa kali gempa di Bali. Tidak ada pergerakan atau perkembangan dalam arti tambah renggang, sehingga aman. Itu penjelasan dari Pemangku Pura Uluwatu Jero Gede,” ujarnya. Langkah sudah pernah diambil oleh pihak pemkab badung, dengan melakukan penambalan pada celah retakan itu, di saat masa kepemimpinan Sudikerta.
Kondisi retak kembali mulai ramai diperbincangkan karena ada penataan sehingga kelihatan ada beberapa titik yang masih menganga (mungkin terlewat) saat penambalan dulu. Selaku BPBD Bali, pihaknya meminta agar umat Hindu yang akan sembahyang terutama pada upacara pujawali angara kasih medangsia yang jatuh pada tanggal 15 Januari yang akan datang agar tetap waspada dan kalau bisa tidak terlalu banyak berada di halaman utama mandala lokasi yang retak karena Pura Uluwatu berada di ujung barat daya Pulau Bali dan berada di atas ketinggian yang menjorok ke laut.
Rencananya, OPD terkait (Dinas PUPR Prov Bali) akan berkoordinasi dengan Pemkab Badung, karena secara kewenangan berada di bawah Pemkab Badung. Mungkin perlu bersinergi dengan pihak yang berkompeten untuk dikaji faktor geologi dan kondisi serta kekuatan bebatuan disana, untuk bisa diambil langkah dan tindakan yang tepat. Pembatasan pengunjung mungkin tidak bisa dilakukan, karena Bali ibarat magnet sangat sulit membatasi apalagi melarang mereka untuk berkunjung. “Mungkin lebih kepada himbauan agar semua pengunjung lebih berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan saat berada di atas puncak pura,” ujarnya. A03