Listrik Mati Hingga Bikin 74 Penerbangan Terganggu, Ketum AKSIBINDO Minta Sebaiknya GM Angkasa Pura Ngurah Rai Mundur

Denpasar[KP]-Ketua Umum Asosiasi Komputer Siber Indonesia (AKSIBINDO) Komang Purnama mendesak General Manager PT Angkasa Pura Ngurah Rai Bali yakni Ahmad Syaugi Shahab mengundurkan diri pasca insiden mati listrik di Bandara Ngurah Rai Bali pada 10 Oktober dua hari lalu. Insiden tersebut membuat 74 penerbangan terganggu dan bahkan maskapai yang sedang terbang di udara harus menunggu sampai kondisi normal. “General Manager PT Angkasa Pura Ngurah Rai, siapa pun dia, sebaiknya mengundurkan diri saja karena sudah dua kali bandara mengalami mati listik. GM tidak mampu mengatasai masalah dengan berbagai kondisi. Harus tahu malulah. Pemasukan terbanyak dari parkir kendaraan, yang hanya lewat harus bayar. Namun tidak mampu mengatasi permasalah yang ada, tahunya hanya duit masuk saja, sedangkan pelayanan dan berbagai antisipasi gangguan diabaikan. Mundur saja lah, karena tidak mampu mengelola Bandara I Gusti Ngurah Rai,” ujarnya di Denpasar, Minggu (12/10/2025).
Ia menegaskan, PT Angkasa Pura Ngurah Rai tidak bisa menyalahkan PLN saat listrik padam di hari itu. PT Angkasa Pura Ngurah Rai harus siap dalam segala kondisi ketika listrik tidak ada supplay dari PLN sekalipun. “Apapun kondisinya, PT Angkasa Pura Ngurah Rai harus siap dengan berbagai skenario gangguan, baik itu listrik, air, kebakaran, kebanjiran dan seterusnya. Ini listrik mati saja tidak bisa atasi, penumpang antri, cek in manual, jadwal penerbangan terganggu, 74 pesawat yang seharusnya masuk dan keluar ke Bali terganggu. Malulah kita sebagai pintu gerbang Indonesia di mata dunia itu,” ujarnya.
Ia meminta agar perlu adanya audit emergensi dan audit K3 setiap 3 bulan oleh pihak ketiga yang berkompeten di bidangnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan semua peralatan emergensi dan peralatan serta staf K3 selalu siaga atau siap pakai secara optimal. Untuk itu sangatlah dibutuhkan seorang ICT Project Manager yang bersertifikat. Selama ini sepertinya terabaikan. Kalau memang sudah ada berarti general manager tersebut perlu dievaluasi atau digantikan. Dan setiap pegawai dan pimpinan harus bersertifikat kompetensi sesuai bidangnya dan untuk posisi kritis juga memiliki sertifikasi K3.