Disucikan 88 Pemangku, Patung Simbol Perlawanan Rakyat Bali Terhadap Narkoba dan Premanisme Diresmikan

Denpasar [KP]-Kapolda Bali bersama Pemprov Bali, DPRD Bali memiliki komitmen untuk memberantas aksi premanisme dan Narkoba di Bali. Salah satunya adalah dengan meresmikan Patung Padarakan Rumeksa Gardapati sebagai simbol Perlawanan Rakyat Bali terhadap Narkotika dan Premanisme. Patung berukuran tubuh manusia dewasa itu diresmikan Kapolda Bali, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, Sabtu (10/11) di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajrasandhi Renon Denpasar. Sebelum peresmian, upacara penyucian dipimpin oleh 88 pemangku dari seluruh Bali. Seluruh elemen masyarakat hadir, mulai dari Pemprov Bali, DPRD Bali, Danrem, Kajati, Pengadilan, Danlanal, para Kapolres seluruh Bali, FKUB, MUDP, dan sebagainya.

Dalam sambutannya, Kapolda Bali menjelaskan, patung ini akan menjadi simbol perlawanan masyarakat terhadap aksi premanisme dan peredaran narkoba yang telah 20 tahun lamanya merajalela di Bali. Sebelum diresmikan, patung Padarakan Rumeksa Gardapati yang memiliki arti bahwa rakyatlah yang menjaga dan mengawal sampai mati dilakukan upacara pemelaspasan yang dipuput 88 Jro Mangku se-Bali. Peresmian ditandai dengan pelepasan pita dan balon ke udara.

Kapolda mengatakan, bentuk patung Padarakan Rumeksa Gardapati adalah sosok lelaki paruh baya yang sedang berdiri tegap dada membusung sambil membawa tameng Pancasila dengan tangan lurus menunjuk dan  menginjak raksasa bhuta kala sebagai simbol kejahatan. Laki-laki paruh baya menggambarkan sosok masyarakat Bali. Tangan lurus menunjuk berarti menunjuk aksi para premanisme dan pengedar narkoba yang nyata ada di depan mata dan merupakan tujuan perlawanan. Pandangan jauh ke depan berarti pandangan masa depan terhadap situasi Pulau Bali yang jauh lebih baik dari saat ini yaitu bebas dari aksi presmanisme dan narkoba. Berdiri tegap dengan dada membusung menunjukan jati diri masyarakat Bali yang menjunjung tinggi adat istiadat leluhur. Tameng Pancasila merupakan simbol dari Pancasila sebagai perisasi diri masyarakat Bali dalam bermasyarakat. Menginjak raksasa bhuta kala merupakan bukti dari perlawanan masyarakat Bali yang dapat mengalahkan dan menundukan raksasa bhuta kala yang menjadi simbol wujud segala perbuatan jahat dalam adat istiadat Bali. “Bhutakala saja dia injak-injak, apalagi hanya kelompok preman,” ujarnya.

Golose mengatakan, patung mahakarya masyarakat Bali ini dibangun untuk membangkitkan kekuatan dan semangat perlawanan masyarakat Bali terhadap aksi premanisme dan peredaran narkoba. Ia berharap keberadaan patung ini bukan hanya sebagai karya seni semata tetapi sebagai warisan dan peninggalan yang akan terus dikenang. “Saya ingin semua orang Bali terbebas dari narkoba dan premanisme. Jadi jangan coba-coba bermain narkoba dan melakukan aksi premanisme di Bali ini,” tegas Kapolda Bali.

Menurutnya, upaya ini sangat penting dilakukan mengingat pengungkapan kasus narkoba dan premanisme di Polda Bali cukup banyak. Untuk kasus premanisme di tahun 2018, Polda Bali sudah menangani 176 kasus dan menetapkan 803 orang tersangka karena melakukan pungutan liar, pengancaman dan kekerasan. Sedangkan untuk kasus narkoba, Polda Bali sudah menangani 894 kasus dengan jumlah tersangka mencapai 1.120 orang. “Saya mengajak seluruh masyarakat Bali “Semeton Bali” untuk menjaga Pulau Dewata agar tetap shanti lan jagadhita. Mari kita jaga Pulau Bali dengan sebaik-baiknya sehingga Bali terbebas dari narkoba dan premanisme,” imbau jenderal lulusan Akpol tahun 1988 ini.

Kapolda berulang kali mengingatkan dan mengajak masyarakat Bali untuk memberantas narkoba dan premanisme sampai ke akar-akarnya. Masyarakat Bali oleh Kapolda dikenal sebagai orang Indonesia plus yang hanya ada orang baik dan baik sekali. Kalau pun ada yang jahat itu jumlahnya sangat sedikit. Namun, kalau mereka terorganisir maka akan bisa mengganggu keharmonisan masyarakat di Bali. “Untuk itu, hari ini kita mengangkat Ketua DPRD Provinsi Bali menjadi duta Anti Preman di Provinsi Bali. Mari kita bangkitkan para silent majority yaitu  masyarakat yang jumlahnya jauh lebih besar yang sekarang ini masih diam,” ucapnya.

“Mari singsingkan lengan baju, bahu membahu dan bersama-sama memberantas preman. Polisi akan berada di depan untuk memberantasnya. Kami butuh  dukungan dari silent majority untuk serentak melawan premanisme,” sambung jenderal bintang di pundak ini. A05

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *