April 20, 2025

Menarik Kapal, Kebersamaan yang Nyaris Terlupakan

0

NEGARA [KP]-Waktu baru menunjukkan pukul 06.30 Wita. Ratusan warga Desa Pengambengan sudah berkumpul di Pantai Muara, Lingkungan Ketapang Muara, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Sejurus kemudian muncul warga lain yang makin memenuhi kawasan pantai tersebut. Hari ini, Rabu (20/10/2021) warga diundang pemilik kapal, Haji Subhan untuk menarik kapal penangkap ikan Istambul yang baru selesai dibuat ke laut agar segera beroperasi. Kebersamaan seperti ini jarang terjadi, apalagi sampai mengumpulkan ratusan orang yang bersedia mambaur. Sebuah kebersamaan yang sudah jarang terjadi apalagi dalam masa ketika dunia diliputi Pandemi Covid-19.
Dalam kerumunan warga, tiba-tiba hadir Bupati Jembrana, Nengah Tamba yang ingin menyaksikan acara penarikan kapal tersebut. Ingin tahu seperti apa kondisi kapal tersebut, Bupati Tamba ikut naik ke kapal sebelum ditarik dan melihat bagian kapal dengan saksama. Hanya beberapa menit meninjau kondisi kapal, Bupati Tamba segera turun. Warga yang sudah siap menarik kapal tersebut terlihat memegang tali tambang. Seorang warga berdiri di atas kapal yang hendak ditarik untuk memberi aba-aba.
Ternyata Bupati Tamba tidak mau ketinggalan. Ia tiba-tiba menyeruak kerumuman warga dan ikut memegang tali tambang. Sesaat kemudian aba-aba dari komandan di atas kapal beterik, “Satu, dua, tiga.” Warga serentak menarik tali tambang. Tetapi tarikan kali ini sama sekali tidak menggerakkan badan kapal. Sang pemilik kapal turun tangan. Ia menugaskan beberapa anak muda untuk menggoyang badan kapal agar mudah ditarik. Dibantu satu kapal Istambul lainnya di laut, warga kembali mencoba menarik kapal seberat 30 GT tersebut.
“Satu, dua, tiga.” Teriak komandan lagi dari atas kapal. Tariakan kali ini berhasil menyeret badan kapal hampir 50 meter. Hanya dalam dua tarikan, sebagian badan kapal sudah berada di laut. Namun warga kembali kenunda penarikan badan kapal karena posisi ini yang dinilai paling sulit. Karena warga tidak mungkin masuk ke dalam laut untuk menarik kapal tersebut. Beberapa anak muda lalu mengganjal badan kapal bagian bawah dengan papan jati agar tidak tertanam dalam pasir. Dengan demikian semkain mudah ditarik.
Satu unit kapal lagi akhirnya didatangkan untuk membantu manrik kapal tersebut ke dalam laut. Beberapa saat kemudian, dua unit kapal tersebut berhasil menarik kapal ke laut. Upaya yang dilakukan dalam satu jam tersebut akhirnya berhasil menarik kapal ke laut. Kapal yang belum memiliki mesin dan kemudi tersebut lalu ditarik kapal lain menuju Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan. Di tempat inilah kapal baru tersebut akan diseting para teknisi. Mereka akan melengkapi kapal dengan mesin, jaring dan peralatan penangkap ikan lainnya.
“Setelah berhasil menarik kapal ke laut, kami disuguhi makan siang bersama. Tidak mewah, hanya nasi bungkus dan air dalam kemasan. Tetapi ini sudah cukup bagi kami. Karena di acara seperti ini kami bisa berbaur dan membagi kabar dengan sesama warga,” kata Sobari, seorang warga Ketapang Muara, kemarin.
Menurut Haji Subhan, kapal tersebut dikerjakan selama dua bulan lebih. Guna membuat kapal dengan bobot 30-an GT tersebut ia harus mendatangkan para teknisi dari Madura. Secara keseluruhan, satu unit kapal bisa menghabiskan dana hingga Rp. 500 juta. Tetapi kalau dilengkapi dengan peralatan penangkap ikan, biaya yang dihabiskan bisa mencapai Rp. 1,5 miliar lebih. Kapal baru tersebut akan beroperasi lima hari lagi.
Ritual penarikan kapal menurut Haji Subhan, merupakan kebiasaan yang sudah lama berlangsung di kalangan masyarakat Lingkungan Ketapang Muara, Desa Pengambengan. Ajang ini biasanya digunakan masyarakat untuk saling bersilaturahmi. “Kami biasanya salig menanyakan kabar, menanyakan kesehatan dan bahkan kami saling berbagai kabar lain. Namun belakangan ajang ini sulit didapatkan tapi tidak dilupakan,” kata Subhan. (A07)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *