Sambut Era E-Comerce, JNE Bali Gandeng Lazada
Denpasar[KP]-Kepala Cabang JNE Bali Bali Ni Komang Alit Septiniawati mengatakan, transaksi e-comerce dewasa ini sudah tidak bisa dibendung lagi. Untuk di JNE Bali, perkembangan itu sangat dirasakan dalam 3 tahun terakhir. Yang lebih menarik lagi, dalam pantauan JNE Bali, pengguna transaksi online sudah menjangkau hingga usia 50 tahun lebih. “Dari sisi prosentanse, transaksi e-comerce atau transaksi online meningkat 30 persen untuk semester pertama tahun 2019. Usia penggunanya hingga mencapai di atas 50 tahun. Kalau usia di bawah 40 tahun sudah tidak bisa dibendung lagi. Seperti saya ini. Sangat suka akan mode-mode atau trend terbaru,” ujarnya di Denpasar, Sabtu (14/9). Ia juga mempertanyakan data penuruan pertumbuhan ekonomi secara umum. Sebab sangat tidak masuk akal jika disebut pertumbuhan ekonomi melambat, tetapi ternyata paket pengiriman barang di JNE terus bertumbuh dan ini akibat transaksi online yang sudah tidak bisa dibendung lagi. “Perhari kami melayani 12 ribu item pengiriman barang. Dan dari total itu, lebih banyak paket pengiriman barang perorangan. Artinya, kalau mereka bisa terus membeli barang secara online, bagaimana bisa disebut terjadi pertumbuha ekonomi melambat,” ujarnya.
Di JNE Bali misalnya, sudah ada kerja sama dengan salah satu market place asal Hongkong yakni Lazada. E-comerce dari Hongkong ini mengirim barangnya ke Bali melalui Bandara Ngurah Rai secara langsung dan ini hampir setiap hari dengan jumlah yag sangat besar. “Sebelumnya mereka kirim via Jakarta. Namun karena lalulintas udara di Jakarta macet, maka mereka pindah ke Bali. Melalui Lazada, mereka membayarnya nanti di Bali, di JNE Bali. Jadi kita terima lalu dilakukan proses clearence, kemudian bayar, lalu didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia. Barang dikirim langsung dari Hongkong, baru dibayar di Bali,” ujarnya. Dari JNE Bali tersebut, barang-barang dari Hongkong ini didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia mulai dari Jabodetabek, Jawa Timur, Bali hingga ke seluruh wilayah Indonesia Timur. Kondisi ini menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia yang bertransaksi lewat Lazada. Bahkan, bila ada event promosi atau pameran, total item barang dari Hongkong bisa mencapai 20 ribu item perhari. Ini biasanya terjadi sekitar bulan Desember hingga Januari.
Menurut wanita yang sudah 22 tahun mengabdi di JNE ini, produk asal Hongkong tersebut didominasi oleh berbagai asesoris seperti gelang, jepit rambut, casing HP, produk elektronik, sovenir dan fashion. “Ini sangat menarik. Banyak anak-anak Indonesia pingin coba-coba produk asing. Mereka membelinya, mereka mencobanya. Barangnya kecil-kecil seperti gelang. Saya juga heran. Kenapa tidak menggunakan produk dalam negeri saja. Kualitasnya juga tidak kalah. Tapi itulah dunia teknologi. Kita tidak bisa membendungnya. Mereka bebas bertransaksi kapan saja, dimana saja, sesuka hatinya. JNE harus membuat customer nyaman dan dipercaya,” ujarnya. Untuk produk dari Hongkong saat ini sudah mulai pelan-pelan bergeser. Jika sebelumnya, banyak yang membeli untuk dipakai sendiri, sekarang mereka membeli untuk dijual kembali (re-seller).
Menurutnya, pengiriman barang dari luar negeri, untuk sementara Bali menempati posisi nomor 2 setelah Jakarta. Bali menerima konsekuensi padatnya lalulintas udara di Jakarta, sementara pasar Hongkong ingin supaya produknya segera berada di tangan konsumen. Sementara untuk pelayanan jasa pengiriman terbanyak, Bali tetap berada di peringkat 10 besar. Sementara beberap wilayah lainnya seperti Jakarta, Bandung, Tangerang, Bekasi, Surabaya tetap mendominasi karena wilayah-wilayah ini adalah daerah industri, daerah produksi atau pabrik. “Bali tidak punya pabrik apa pun. Namun tetap masuk 10 besar. Ini juga luar biasa,” ujarnya. A05