250 Peneliti Hortikulturan dari 10 Negara Bertemu di Bali

Denpasar [KP]-Pemerintah Indonesia melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) Kementerian Pertanian menjadi tuan rumah Simposium Internasional Hortikultura (INTERNATIONAL SYMPOSIA ON HORTICULTURE/ISH) tahun 2018 di Kuta Bali, Selasa (27/11). Simposisium ini dibuka langsung oleh Kepala Balitbang Kementerian Pertanian Hardiyanto. Lebih dari 250 orang mengikuti simposium penelitian ini di antara para peserta dan peneliti dari 10 negara di dunia meliputi : India, Philippines, Vietnam, Thailand, Jepang, Belgia, New Zealand, Australia, Germany dan Indonesia. Jumlah makalah yang masuk mencapai 205 makalah yang terdiri dari 137 presentasi oral dan 62 presentasi poster dan general participant dari berbagai universitas dan instansi swatsa maupun pemerintahan dalam dan luar negeri.
Ketua Panitia Simposium Muhammad Prama Yufdi menjelaskan, simposium hortikultura ini untuk berbagi pengalaman atau sharing informasi tentang hasil-hasil penelitian tentang hortikultura. Penelitian itu dilakukan pada tidak hanya berasal dari Indonesia tetapi hasil riset dari berbagai negara peserta sepeti Australia, Jepang, Jerman dan sebagainya. “Ini sangat penting. Dengan berbagi pengalaman di bidang penelitian hortikulturan kita akhirnya tahu, sampai dimana kemampuan para peneliti kita dibanding dengan para peneliti dari berbagai negara di dunia. Dan yang paling penting adalah kita mengambil manfaatnya, tidak saja dari sisi akademis, tetapi untuk kepentingan orang banyak terutama bagi petani. Disini kita berbagi soal hasil penelitian hortikultura yang terkini,” ujarnya.
Menurutnya, ada beberapa keuntungan bagi Indonesia dengan digelarnya seminar ini. Dimana produk unggulan Indonesia itu sangat banyak. Beberapa diantaranya adalah manggis, mangga dan beberapa lainnya. Banyak negara yang memintanya untuk dikirim ke negaranya. Untuk sayuran juga, tanaman hias, semuanya diminati oleh banyak negara di dunia. “Indonesia adalah salah satu negara dengan mega diversity. Kita punya banyak beragam tanaman. Namun kita tidak akan memberikan secara cuma-cuma, tetapi dalam bentuk kerja sama penelitian yang kita lakukan, sehingga tidak hanya mendapatkan inovasi baru kepada varietas yang kita punya melainkan bisa meningkatkan kapasitas SDM. Orang tidak akan dengan mudah mendapatkan sumber daya genetik Indonesia. Kita harus hati-hati dengan itu semua. Itulah salah satu tujuan simposium ini,” ujarnya.
Beberapa kasus, seperti jeruk. Selama ini jeruk diimport. Padahal Indonesia punya variesta unggul. Dan ini diakui dunia. Seharusnya Indonesia bisa mengembangkan sendiri tanaman jeruk itu untuk mencukupi konsumsi dalam negeri kemudian disiapkan untuk ekspor. Dan masih ada juga tanaman lain yang merupakan produk unggul Indonesia.
Menurutnya, Indonesia tidak bisa memberikan penelitian begitu saja kepada asing. Makanya dalam simposium kali ini, bisa menjadi wadah bagi para peneliti untuk meningkatkan pengetahuan dan saling bertukar ilmu untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang semakin besar dalam pengembangan komoditas hortikultura. Secara khusus, simposium ini bertujuan untuk menjaring informasi dan teknologi mengenai sistem agribisnis komoditas hortikultura yang berorientasi pasar, menyelenggarakan forum diskusi untuk penyelesaian masalah dalam sistem agribisnis komoditas hortikultura yang berorientasi pasar. Simposia ini akan terbagi menjadi 5 simposium, yaitu promote the exotics of tropical and sub tropical fruits to enhance competitiveness and penetration into modern markets, modern and urban farming system for healthy and safety vegetable products, coloring the world with ornamental plant innovations for prosperity, emerging trends of horticulture impacting global markets: the socio economic studies, dan implementation of integrated crop management to support food sovereignty on bio-industry.
Terdapat 6 keynote speaker yang akan mempresentasikan makalah secara pleno pada saat pembukaan. Mereka berasal peneliti Australia, Jepang, Jermang dan sisanya Indonesia.A03