Iran Minati Produk Hortikultura Indonesia
Denpasar [KP]-Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian Hardiyanto mengatakan, Iran saat ini sedang berminat terhadap beberapa produk hortikultura Indonesia, seperti pisang, mangga, pepaya, berbagai jenis sayuran dan sebagainya. Kerja sama dengan Iran sudah dilakukan melalui beberapa diskusi. Iran juga punya keunggulan teknologi. Indonesia juga memiliki hal yang sama. Kedua negara bisa saling melengkapi, dimana kekurangan yang ada di Indonesia bisa dilengkapi oleh Iran dan sebaliknya. “Iran bisa mengembangkan kurma. Kita tidak punya. Mungkin Iran bisa mengajarkan kepada Indonesia bagaimana caranya mengembangkan kurma di Indonesia. Dan sebaliknya. Kenapa beberapa varietas bisa dikembangkan di Indonesia,” ujarnya saat ditemui di Kuta Bali, Selasa (27/11).
Sepanjang kerja sama itu saling mengungtungkan, maka akan terus dikembangkan. Ia mengatakan, pertemuan itu baru berupa bilateral. Beberapa MoU sudah ditandatangi dan tinggal difolloe up oleh masing-masing pemerintahan. Pertemuan dengan Iran baru sebatas pertemuan bilateral antara Balitbang Iran di bidang pertanian, dan Balitbang Indonesia di bidang hortikulturan. Beberapa produk yang sudah dipesan adalah pisang, mangga, pepaya, dan beberapa lainnya lagi. “Kita sudah punya teknologi untuk jenis tanaman itu. Sementara Iran belum. Mereka ingin kita mengekspor pisang, pepaya, mangga ke Iran. Namun ini baru sebatas kerja sama,” ujarnya. Iran tertarik untuk impor dari Indonesia. Ini kerja sama antar pemerintah. Tinggal dikerjasamakan dengan kedua pemerintah,” ujarnya. Ia meminta diskusi harus terbuka, dan tidak perlu ditutup-tutupi lagi. Saat ini zamannya sudah global dan terbuka.
Selain itu, ada banyak pengembangan penelitian dari para peneliti Indonesia. Salah satunya adalah penanaman bawang putih melalui biji. Dimana selama ini penanaman melalui umbi, sekarang bisa dikembangkan melalui biji yang ada di daun bawang. Selain itu ada peneltian soal ProIiga alias produksi lipat ganda. Bawang merah misalnya yang sebelumnya hanya 8 ton perhekta bisa diproduksi dua kali lipat atau lebih. Selain itu juga banyak lainnya, seperti Cabe, sayur-sayuran, tanaman hias dan sebagainya. Untuk simposium hortikultura yang mempertemukan para ahli dan penelitian seperti saat ini sangat dibutuhkan.
Menurutnya, dalam simposium kali ini kesempatan Indonesia mengeksplorasi hasil penelitiannya untuk dilihat oleh banyak peserta dari berbagai negara. “Ini soal banchmark. Kesempatan kita promosi produk-produk hortikultura. Siapa tahu dengan itu, produk hortikultura Indonesia diminati oleh banyak negara di dunia, sehingga kita bisa ekspor kesana. Bukan hanya sebaliknya saja,” ujarnya. Proliga itu dimulai dengan bagaimana cara tanam, jarak tanam, pupuk, teknologi pasca panen dan seterusnya. Semuanya diatur agar produksinya berlipat ganda.
Teknologi Proliga saat ini sedangkan dikembangkan terutama kepada para petani. Ini saatnya petani yang ambil alih bagaimana melakukan produksi secara berlipat, bisa dipanen sepanjang tahun, bisa dikemas dengan modern dan seterusnya. Saat ini beberapa pihak swasta sudah melihat dan mengembangkan Proliga. Diharapkan teknologi ini bisa berkembang secara masif di Indonesia. A03