Bali Segera Kembangkan Pariwisata Vaksin

Denpasar[KP]-Pariwisata Bali saat ini sedang terpuruk dan mati suri akibat terpaan pandemi Covid19 yang melanda dunia. Pasar-pasar pariwisata dunia mulai hilang satu persatu. Wisatawan asing tidak lagi berdatangan ke Bali. Belum lagi wisatawan yang saat ini bertahan di Bali mulai meninggalkan Indonesia. Sebut saja dimulai dari Jepang, kemudian Australia, dan yang terakhir Arab Saudi. Mereka diminta oleh pemerintahnya untuk segera meninggalkan Indonesia karena informasi penanganan pandemi Covid19 yang dinilai buruk dan belum memenuhi standar WHO.
Bagaimana dengan pariwsata Bali? Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kabupaten Gianyar, Moch. Luqman Hakim mengatakan, sekarang saatnya Bali melakukan inovasi produk pariwisata yang layak jual. Salah satunya adalah pariwisata vaksin. Ini momentum bagi Bali. “Ini momentum, dimana kita bisa menselaraskan kepentingan pencegahan Covid19 dengan pemuliham ekonomi masyarakat. Ini bisa disiasati. Bali mengembangkan pariwisata vaksin. Orang yang datang ke Bali akan divaksin gratis tanpa antri. Ini sesungguhnya awal dari pengembangan health tourism yang dipromosikan selama ini, yang boleh dikatakan produknya belum jelas,” ujarnya di Denpasar, Rabu (28/7/2021).
Menurutnya, Bali harus segera melakukan segala sesuatu yang mudah dikenal orang. Salah satunya adalah pariwisata vaksin. Bila turis asing belum banyak, sasar dulu turis lokal. Pintu gerbang seluruhnya disiapkan gerai vaksin. Bila yang datang itu belum vaksin maka diwajibkan secara gratis. Selain vaksin, juga diperiksa antigen atau swab PCR secara gratis juga. Artinya, sebelum wisatawan itu diberi kesempatan berjalan jalan di Bali maka pastikan dulu mereka itu aman dari virus Covid19 minimal dengan antigen gratis. “Jangan sampai orang yang ke Bali dipersulit dengan syarat macam-macam. Kalau ini berlangsung dalam waktu yang lama maka cepat atau lambat orang akan melupakan Bali. Mereka akan pindah ke tempat lain,” ujarnya.
Namun ia mengakui, jika hal ini menjadi sulit sebab terbentur ketentuan penerbangan di saat PPKM, di mana seseorang baru bisa terbang manakala yang bersangkutan bisa menunjukkan bukti telah ikut vaksinasi minimal 1 kali. Namun ini adalah kebijakan. Dan semuanya bisa diatur. Pelaku bisnis pariwisata bekerja sama dengan pemerintah daerah dengan dukungan kementerian kesehatan dan kementerian pariwisata, bisa menawarkan paket wisata plus vaksin. Jadi orang bisa tetap datang berwisata di Bali namun begitu mendarat di bandara atau di pelabuhan langsung divaksin. “Memang di saat pandemi seperti saat ini kita dituntut untuk berani berpikir di luar kebiasaan (out of box). Tidak bisa hanya melakukan pendekatan linear dan biasa-biasa saja. Perlu kerja sama holistik lintas sektor,” ujarnya.
Kepala Ombudsman Bali Umar Ibnu Alkhatab mendukung penuh ide Pariwisata vaksin di Bali. Bahkan, ia meminta vaksinnya bisa saja dilakukan sebelum orang terbang ke Bali khususnya yang dari beberapa bandara seperti Soekarno Hatta, Juanda dan sebagainya. “Pemprov Bali bekerja sama dengan kementerian terkait, stakeholder pariwisata, mendirikan posko atau konter di beberapa bandara asal. Semuanya harus gratis. Ini bisa dilakukan. Ini hanya soal kebijakan saja, apakah mau atau tidak. Mari kita sama sama sayang pariwisata Bali,” ujarnya. Pariwisata vaksin ini adalah momentum dan pintu masuk menuju health tourism. Selama ini belum kelihatan produknya. Di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura sudah berjalan dengan baik. Di sana, dokter dan perawatnya tidak tampak seperti dokter. Mereka bisa memperlakukan pasien seperti teman ngobrol. Dokter jarang mengenakan jas dokter. Ini membuat pasien betah. Dokter anak misalnya, mereka tampil seperti teman bermain. Fasilitas rumah sakit dikemas seperti taman bermain. “Inilah sesungguhnya kemasan health tourism itu. SDM kita punya. Dokter ahli kita berkelas dunia. Hanya salah dikemas. Dokter Indonesia senang sekali menggunakan jas dokter saat tangani pasien. Bukanya cepat sembuh malah tambah sakit,” ujarnya. A02