Kecelakaan Kapal Mendominasi, SAR Denpasar Susun Kontigensi Penanganan Kecelakaan Kapal

Denpasar[KP]-Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar (Basarnas Bali) melaksanakan Penyusunan Kontingensi SAR dalam penanganan kecelakaan kapal, Rabu (25/6/2024) di Prime Plaza Hotel and Suites, Sanur. Kegiatan yang melibatkan sekitar 30 instansi terkait dan stakeholder lainnya. Ini adalah RakorSAR tentang Kontingensi SAR dalam penanganan kecelakaan kapal di Bali. Adapun tema Rakor SAR Denpasar kali ini adalah “Melalui Rapat Koordinasi dan Penyusunan Kontingensi Kecelakaan Kapal Kita Wujudkan Sinergitas Potensi SAR Guna Memberikan Pelayanan Jas SAR yang Prima”. Turut hadir sebagai tamu undangan diantaranya dari Lanal Denpasar, Polairud Polda Bali, KSOP, Disnav Kelas II Benoa, Kepala Balai BMKG Wilayah III, Pelindo, Ditsamapta Polda Bali, Bakamla, dan Klinik Nusa Medika.
Kegiatan dibuka langsung oleh Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Brigadir Jenderal TNI (Mar) Edy Prakoso. Dalam sambutannya, Prakoso menyampaikan bahwa melalui Rakor dapat menjadi sarana atau media konsolidasi antara Kantor Basarnas Bali dengan stakeholder terkait demi menguatkan kapasitas dan kapabilitas, mempererat kerjasama dan sekaligus berkontribusi terhadap penguatan visi Basarnas. “Total wilayah kerja Basarnas Bali sangat luas, kurang lebih 5.636.,66 KM2. Inilah yang menjadi tantangan tugas yang harus diemban untuk pelayanan SAR bisa optimal kepada masyarakat,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, setiap daerah memiliki karakteristik bencana yang berbeda. Berdasarkan data insinden selama ini, untuk di Bali, kecelakaan kapal paling sering terjadi. Untuk itu, Basarnas harus memiliki rencana kontingensi yang kuat untuk diterapkan dalam penanganan kecelakaan kapal. Sebab Bali itu memiliki wilayah perairan yang luas dengan aktivitas laut yang tinggi. Selain itu banyak kapal asing yang melintasi kawasan perairan Bali dan tidak jarang mengalami kecelakaan kapal saat di perairan Bali. “Dalam melaksanakan tugas pertolongan, kita tidak bisa membedakan apakah itu orang asing atau orang lokal. Semuanya sama. Sebab itu semua adalah soal kemanusiaan dan semua orang harus ditolong atau diselamatkan,” ujarnya.
Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara yang aktif memperhatikan isu keselamatan dan keamanan transportasi. Keaktifan tersebut ditunjukan dengan keanggotaan Indonesia sebagai anggota International Maritime Organization (IMO) dan International Civil Aviation Organization (ICAO). Badan Nasional Pencarian Dan Pertolongan sebagai instansi resmi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang SAR ikut mempunyai andil yang besar dalam menjaga citra Indonesia sebagai daerah yang aman untuk penerbangan dan pelayaran.
Sehari sebelumnya, beberapa instansi terkait telah diundang untuk pembahasan kontingensi SAR dalam penanganan kecelakaan kapal, khususnya di Selat Badung. Telah disepakati bersama tentang standar operasional prosedur serta dukungan sarana dan prasarana untuk mendukung bersama pelaksanaan operasi SAR.
Sementara Kepala Basarnas Denpasar Nyoman Sidakarya mengatakan, kegiatan ini sangat penting bagi Bali mengingat bahwa di Bali ada banyak tempat-tempat penyebrangan kapal, sehingga menimbulkan resiko kondisi berbahaya. “Apa yang kita harapkan berhasil sukses, apa yang kita laksanakan hari ini akan memperkuat sinergi, berkolaborasi dengan baik,” ungkapnya. Pada kesempatan kali ini dibahas bersama-sama terkait prosedur-prosedur penanganan apabila ada kecelakaan kapal ataupun medical evacuation. Tentunya saat operasi SAR berlangsung akan melibatkan stakeholder terkait, begitupula keberadaan rumah sakit rujukan.
Basarnas mengambil tanggung jawab besar dalam menjaga kredibilitas negara Republik Indonesia di bidang keselamatan dan keamanan apabila terjadi kondisi darurat di perairan, khususnya yang mencakup wilayah kerja Basarnas Bali. Dari total jumlah kecelakaan yang terjadi di wilayah kerja Basarnas Bali sampai dengan April 2024 berjumlah 23 kali kecelakaan dimana 7 kali kecelakaan kapal dan 16 kali kondisi membahayakan jiwa manusia di laut.
Meskipun dalam waktu yang singkat, namun sesi diskusi berlangsung intens. Banyak penjelasan dan masukan yang diterima dalam penyusunan kontingensi SAR ini. Masing-masing stakeholder menjelaskan SOP dan sarana prasarana yang dimiliki. Sehingga dengan sinergitas anatara satu dengan stakeholder lainnya diharapkan dapat memperlancar operasi SAR serta meminimalisir terjadinya kesalahan prosedur. A02