Wujudkan Sikap Toleransi, Umat Nasrani di Alor Menjaga Alat Makan Kaum Muslim
Denpasar (KP)-Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Benny Susianto sangat terkesan di toleransi umat beragama di Provinsi NTT umumnya dan lebih khusus lagi di Kabupaten Alor terutama di Pulau Pantar. Dalam temu wartawan di Makodam IX Udayana, Kamis (25/10), Pangdam menceritakan pengalamannya selama berada di NTT yang menjadi salah satu provinsi kepulauan terdepan Indonesia karena berhadapan langsung dengan Timor Leste dan Australia. Secara umum, toleransi umat beragama di NTT sangat tinggi walau sebagian besar penduduknya beragama Katolik.
Menurut Pangdam, salah satu keunikan toleransi itu ditemuinya di Pulau Pantar, Kabupaten Alor Provinsi NTT. Saat itu dirinya bersama dengan jajarannya berada di Pulau Pantar, sebagai salah satu pulau terdepan Indonesia ketika berhadapan dengan Timor Leste. Menurutnya, sepengetahuannya, dimana-mana di NTT itu pemeluk agama Katolik selalu mendominasi. Namun tidak demikian dengan masyarakat di Pulau Pantar, Alor. Di pulau kecil yang saat ini sedang dibangun bandara perintis tersebut, komposisi pemeluk agama hampir merata. Mereka terdiri dari Katolik, Muslim, dan Protestan. “Toleransinya sangat tinggi. Saat makan misalnya, para pemeluk agama Katolik, dengan sangat hati-hati menjaga alat-alat makan seperti piring, senduk, gelas dan sebagainya yang akan dipakai umat Muslim. Umat Nasrani sadar betul kalau banyak menu makanan yang dikonsumsi kaumnya, ternyata haram bagi umat Muslim. Makanya mereka menjaga alat-alat makan yang akan dipakai umat Muslim agar tidak tercemar,” ujarnya. Alat-alat makan itu dipisahkan dengan rapih dan teratur serta dalam pengawasan ketat oleh pemeluk Nasrani agar jangan sampai tercampur dengan alat-alat makan pada umumnya.
Ia mengatakan, toleransinya sudah sangat mengakar di NTT, sampai dengan hal-hal kecil. Tidak lah berlebihan kalau NTT benar-benar menjadi laboratorium toleransi. Sikap-sikap seperti sudah tertanam sejak ratusan tahun silam sehingga menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. “Kalau seluruh wilayah NKRI dengan keberagamannya menerapkan hal serupa, maka damailan negeri ini. Saya berharap daerah lain di wilayah Kodam IX Udayana melakukan hal yang sama. Jangan mudah terpancing dengan hal-hal yang bisa memecah belah bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu keunggulan orang NTT itu ada di toleransi antarumat beragama. “Bayangkan, orang Nasrani sampai tahu persis piring mana yang dipakai oleh orang Muslim. Mereka menaruhnya secara rapih dan istimewa. Ini sangat luar biasa. Bagaimana orang NTT sangat menghargai toleransi agama lainnya,” ujarnya. Kondisi yang sama ini justeru terjadi di pedalaman orang NTT. Menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana dengan nilai toleransi di daerah lainnya di Indonesia. A08