Maret 23, 2025

Gubernur Bali Dinilai Lakukan Diskriminasi Terhadap MC Perempuan

0

Denpasar[KP]-Kasus dugaan diskriminasi terhadap perempuan yang dilakukan oleh Gubernur Bali beserta protokolernya terus bergulir di Bali. Kasus tersebut memancing reaksi dari berbagai kalangan, aktifis, politisi, dan para pembela hak kaum perempuan di Bali. Kasus ini berawal dari salah seorang MC di Bali bernama Putu Dessy Fridayanthi atau yang biasa dipanggil Ecy, yang dilarang tampil dalam sebuah acara ketika dilarang oleh protokoler Gubernur Bali. Padahal sudah ada gladi resik untuk tampil sebagaimana biasanya. Saat dikonfirmasi Kamis (16/9/2021), Ecy menyampaikan kronologi secara lengkap tentang kasus yang mendera dirinya.
Ecy mengisahkan, pada Kamis, tgl 9 September siang, ia dihubungi EO untuk dapat menjadi MC di suatu acara di daerah Kabupaten Badung, Bali. Acaranya akar digelar hari Jumat tgl 10 Sept 2021. “Kemudian saya minta dikirimin susunan acara utk mengetahui pejabat siapa saja yang akan datang di acara tersebut. Dan disana tertulis, Menteri didampingi oleh Gubernur Bali. Saya langsung tanyakan saat itu ke EO, mas ini Gubernur sudah ada konfirmasi akan hadir atau tidak? Jawabannya : ya mbak, update terakhir katanya Gubernur akan hadir mendampingi Menteri. Saya langsung komen dong, wah kalo beliau hadir, MC-nya pasti tidak boleh cewek,” urainya. 
Ecy mengatakan, ia sudah pernah mengalami pengalaman sebelumnya sejak tiga tahun terakhir, bila ada Gubernur Bali I Wayan Koster, MC wanita dilarang tampil. Untuk itu ia meminta agar pihak EO segera konfirmasi lagi kejelasannya. Atas permintaan tersebut, maka pada Kamis (9/9/2021) sekitar pukul 19.45 WITA, Ecy kembali dikontak EO bahwa semua sudah fix dan Ecy bisa tampil tanpa ada masalah. “Tiba di hari H, kami gladi resik jam 10.00 WITA. Tentu saya tanya lagi ke EO, apakah sudah disampaikan ke protokol Gubernur kalau MC-nya cewek. Jawaban EO, ini protokol Gubernur sedang rapat di dalam, sudah saya kasi susunan acara dan mereka sudah tahu MC-nya Ecy. Gubernur hanya mendampingi Menteri, tidak ada speech, hanya sebagai undangan. Karena dijelaskan seperti itu saya pikir sudah tidak ada masalah. Mungkin karena Gubernur hanya sebagai undangan. Makanya MC boleh cewek,” kenangnya.
Hari itu, Ecy tiba di lokasi pukul 10.00 Wita bersama asistennya. Setelah melakukan swab antigen dan keluar hasil negative baru dipersilahkan memasuki lokasi acara dan melakukan briefing dengan pihak EO dan client dan kemudian dilanjutkan dengan gladi. Acara rencana akan dimulai pukul 14.00 WITA. Kemudian pihaknya gladi dengan EO di bawah arahan protokol Kementerian dan disaksikan Team Protokol Gubernur yang sudah hadir saat melakukan gladi. Ada 3 orang team Protokol Gubernur yang hadir saat acara. “Saya melakukan blocking, di posisi mana saya nanti seharusnya berdiri saat acara dimulai, dan kemudian membacakan susunan acara satu persatu. Saya diarahkan oleh protokol kementerian untuk berdiri di depan para tamu VIP di samping panggung. Banyak perubahan acara yang terjadi saat gladi, sehingga tidak memungkinkan EO untuk mengganti script MC karena acara sudah mepet akan dimulai. Jadi saya MC hanya membawa susunan acara yang sudah dicoret-coret karena ada perubahan acara dari yang rencana semula. Dan ini memang merupakan hal yang wajar terjadi dalam penyelenggaraan event,” ujarnya. Pesan protokol Kementrian agar diperhatikan dengan seksama pergerakan Menteri, supaya acara tidak ada jeda dan tidak mendahului pengucapan jika Menteri belum siap. Dengan kata lain MC harus fokus melihat langsung acaranya.

Usai briefing dan gladi, Ecy melanjutkan dengan berganti pakaian dengan busana yang sesuai dengan tema acara. Make up selesai, dan Ecy keluar dari ruang ganti. Salah satu staf protokol gubernur mendekati Ecy agar nama Gubernur Bali jangan disebut dengan kata I, melainkan langsung Wayan Koster. “Aneh juga, orang Bali tetapi tidak mau ada sebutan I Wayan, langsung Wayan Koster. Tetapi saya profesional saja, ikuti arahan dan saya jawab Oke,” jelasnya. Ecy sudah berpikir positif bahwa sekalipun ada Gubernur Koster, ternyata MC wanita tidak dilarang. “Baiklah, terimakasih atas kemurahan hati ini, gitu kata saya dalam hati,” ujarnya.
Kemudian beberapa saat acara akan dimulai, EO tiba-tiba datang dan mengatakan, nanti MC dari dalam ruangan dan tidak boleh menampakan diri ke hadapan hadirin. Katanya atas arahan Gubernur. “Saya tanya, apakah pihak Kementerian sudah tahu soal ini. Kata EO akan diberitahukan. Saat diberitahu, protokol Kementerian kaget atas arahan ini,” ujarnya. Sangat kelihatan jika protokol kementerian kaget, heran dan bingung. Protokol kementerian tanya alasannya ke EO kenapa seperti ini dan jawaban EO, bahwa ini arahan dari Protokol Gubernur. Ketika ditanya alasannya ke protokol Gubernur, jawabannya atas arahan Gubernur. 
Protokol menteri mulai kuatir akan kelancaran acara. Bagaimana mungkin MC bisa membawakan acara jika tidak melihat situasi apa yang terjadi di luar sana. Sementara tadi saat gladi sudah di tekankan, MC harus fokus dan melihat langsung pergerakan Menteri agar acara dapat berjalan lancar. Protokol Menteri kemudian, meminta kepada protokol Gubernur untuk mengijinkan MC dapat berdiri di belakang penonton saja, yang notabene sangat jauh dari panggung, namun masih dapat melihat pergerakan apa saja yg terjadi di depan panggung. “Itupun tidak diizinkan. Protokol Kementrian hanya bisa geleng-geleng kepala dengan aturan ini. Tapi mereka tidak mau berdebat lebih lanjut, karena acara akan segera dimulai,” ujarnya. Oleh staf protokol gubernur dijelaskan nanti akan ada arahan dari depan panggung yang akan menginformasikan kapan acara bisa dimulai melalui HT, dan nanti akan ada yang memberitahu ke MC kapan harus mulai. “OMG! Saya speechless dengarnya. Mohon maaf ya, ini ibarat orang buta, maaf saya pakai perumpamaan ini, karena saya tidak bisa melihat situasi di luar, orang buta yang disuruh ngomong, berbicara menceritakan apa yang dia bisa lihat, sampaikan. Maka saya bilang, sepanjang 23 tahun perjalanan karir saya sebagai MC, saya belum pernah diperlakukan seperti ini dan belum pernah membawakan acara dengan cara begini,” kesalnya. 
Ecy mengaku, dengan sangat terpaksa tetap memandu acara tanpa melihat acara secara langsung. Saat ini dia sempat bermohon kepada pihak kementerian untuk mengganti MC. Namun karena acara sudah mendesak dan mepet, pihak Kementerian meminta agar Ecy tetap menjadi MC. “Belum sempat saya menjawab, dari HT EO sudah mulai rebut dan menyuruh MC untuk segera opening karena rombongan telah tiba. MC opening, MC mulai. MC mulai. Itu suara di HT kedengaran.Karena situasi sudah tidak memungkinkan saya utk meninggalkan acara, saya inisiatif, buka sepatu, naik kursi agar bisa melihat situasi di luar sana dan memandu acara dari balik jendela tinggi. Karena tadinya saya mau ngintip sedikit aja dari lubang pintu, sudah disuruh minggir lagi supaya tidak keliatan dari luar. Jadi sampai acara selesai saya membawakan acara dari balik jendela dengan naik kursi. Dan pintu keluar dijaga oleh seorang protokol yang badannya paling besar, dari mereka bertiga yang datang, untuk memastikan saya tidak keluar selama membawakan acara,” ujarnya. 

Dengan kronologi ini Ecy tetap meminta agar Gubernur Bali I Wayan Koster segera klarifikasi, kenapa ada diskriminasi terhadap perempuan yang menjadi MC. Klarifikasi itu harus keluar dari Gubernur Koster karena dalam perdebatan saat itu katanya itu adalah arahan Koster sendiri. “Ini bukan kali pertama saya alami. Sudah seringkali saya dibatalin di saat jelang acara dimulai, begitu gubernur tahu kalau MC-nya wanita. Betapa rendahnya kami MC wanita di Bali di mata gubernur kami. Yang terakhir ini adalah kasus yang paling menyakitkan karena saya disuruh MC di dalam ruangan tertutup, dijaga petugas. Karena sangat kesal maka saya menulis di IG Story, biar publik Bali tahu bagaimana diskriminasi Gubernur Bali terhadap kami MC wanita di Bali,” ujarnya. A02

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *