KMK St. Thomas Aquino Akpar Denpasar Resmi Dikukuhkan
Denpasar[KP]-Kelompok Mahasiswa Katolik (KMK) dari Akademi Pariwisata (Akpar) Denpasar resmi dikukuhkan di Pantai Mertasari Sanur, Sabtu (28/11/2020). Pengukuhan kepengurusan dilakukan langsung oleh Rektor Akpar Denpasar I Wayan Sonder didampingi Pembimbing KMK Akpar Denpasar Herman Sila. Upacara pengukuhan diawali dengan rekoleksi bertajuk “Spiritualitas Pariwisata” yang dibawakan oleh Romo Dominikus Dinong, O.Carm dan dilanjutkan dengan perayaan ekaristi meriah menjelang pengukuhan. Terpilih sebagai Ketua KMK yakni Servasius Risaldo Harun bersama belasan jajaran pengurus lainnya.
Pembimbing KMK Akpar Denpasar Herman Sila di sela-sela pengukuhan mengatakan, secara yuridis formal, kepengurusan KMK Akpar Denpasar memang baru dikukuhkan secara resmi di penghujung tahun 2020. Namun secara de facto, KMK Akpar Denpasar sudah berjalan sejak lama dan aktif di berbagai kegiatan baik internal maupun di beberapa kegiatan sosial lainnya. Pengukuhan terus ditunda karena dunia dilanda pandemi Covid19. “Kepengurusan perdana untuk KMK Akpar Denpasar sebenarnya sudah terbentuk sejak lama. Sekitar Mei atau Juni sebenarnya mau dikukuhkan, namun saat itu pandemi Covid19 lagi mengganas, akhirnya terus ditunda, dan baru di penghujung tahun 2020 akhirnya resmi dikukuhkan. Jangan sampai keliru ya, pengurusnya sudah ada sejak lama, dan sudah berjalan sebagaimana layaknya sebuah organisasi,” ujarnya. Ia meminta kepada seluruh anggota KMK Akpar Denpasar agar lebih solid menjaga marwah organisasi yang bernafaskan nilai-nilai katolik di dalamnya. “Kita sudah resmi dikukuhkan. Jadi, tidak ada lagi kegiatan KMK yang terlewati tanpa kehadiran anggotanya. Yang hadir hari ini terbatas karena protokol kesehatan. Artinya, semua mahasiswa Katolik di Akpar dengan sendirinya menjadi anggota KMK Akpar Denpasar,” ujarnya.
Sementara Rektor Akpar Denpasar I Wayan Sonder mengatakan, seorang mahasiswa itu sangat penting belajar agama yang dianutnya. Sebab, agama itu sangat berdampak pada pembentukan karakter mahasiswa secara pribadi maupun dalam hubungan dengan kampus Akpar Denpasar. Ia mengakui jika sebelumnya, mahasiswa Katolik di Akpar Denpasar digabungkan dengan mahasiswa Kristen atau Protestan. Kemudian dalam perkembangan, jumlah mahasiswa Katolik semakin banyak dan setelah dipelajari secara mendalam, ternyata ada perbedaan yang signifikan antara mata kuliah agama Katolik dan agama Protestan. Akhirnya sejak sekitar tiga tahun yang lalu, seiring dengan meningkatnya jumlah mahasiswa Katolik di Akpar Denpasar, perkuliahan pun dipisahkan. “Saya ingatkan bahwa mata kuliah agama itu sangat penting, ini wajib, dan jangan sampai dianggap sebagai suatu yang tidak penting. Mata kuliah agama tidak lulus, maka semuanya akan gagal,” ujarnya.
Ia juga memberikan apresiasi yang tinggi atas dikukuhkannya kepengurusan KMK Akpar Denpasar. Ia meminta seluruh mahasiswa Katolik dari Akpar Denpasar agar menjadikan KMK sebagai tempat belajar, menimba pengalaman berorganisasi, saling menjaga dan meneguhkan terutama selama kuliah di Akpar Denpasar. “Jadikanlah KMK Akpar Denpasar ini sebagai wadah belajar, saling kontrol, saling jaga, karena seiman seagama. Apalagi sebagian besar berasal dari Nusa Tenggara. Perlu ada kesamaan visi selama belajar di Bali. Ciptakanlah suasana kekeluargaan yang bernafaskan katolik. Jangan sampai salah jalan,” urainya. Ia mengisahkan pengalamannya selama berada di NTT. Rasa persaudaraan orang NTT itu kuat. Jadikanlah itu sebagai modal baik selama kuliah di Akpar Denpasar maupun dalam hubungan dengan lintas kampus lainnya. A01