Pandemi Covid19 Moment Melihat Kembali Spiritualitas Pariwisata Secara Baru
Denpasar[KP]-Rohaniawan Katolik, Romo Dominikus Dinong, O.Carm mengatakan, pandemi Covid19 yang melanda manusia saat ini semestinya bisa menuntun manusia untuk melihat spiritualitas pariwisata secara baru. Menurutnya, manusia sesungguhnya makluk wisata, pribadi yang selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan filsuf Gabriel Marcel, bahwa manusia itu adalah homo Viator, makluk peziarah. Makluk peziarah ini bisa dalam arti spiritual, tetapi sesungguhnya bisa berarti makluk yang berwisata, bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. “Manusia itu sudah dari sononya adalah homo Viator, makluk peziarah, berwisata, berpindah-pindah. Inilah yang harus disadari, inilah sesungguhnya cikal bakal bisnis pariwisata dunia yang ada saat ini. Manusia yang berpindah-pindah ini akhirnya dikomersialkan, dibisniskan. Jadilah bisnis pariwisata,” urai pemilik wisata spiritual Rumah Retret Karmel, Desa Batunya, Kecamatan Baturiti-Bedugul, Tabanan Bali, Senin (30/11/2020).
Menurutnya, apa yang terjadi saat ini, setelah pandemi Covid19 adalah serangan terbesar terhadap pariwisata di seluruh dunia. Serangan terhadap pariwisata itu sama dengan serangan terhadap manusia selaku pribadi peziarah. Pandemi Covid19 adalah serangan terbesar bagi seluruh aspek kehidupan manusia dan yang paling dirasakan adalah dunia pariwisata. “Pandemi Covid19 ini adalah perang terbesar bagi hakekat manusia sebagai homo Viator. Manusia yang adalah makluk bergerak disuruh berhenti. Orang ingin berwisata, tetapi disuruh berhenti. Manusia yang mobile dipaksakan untuk berhenti, sama dengan mobil diparkir di garasi terlalu lama akan menjadi rusak. Semua rusak. Pariwisata mati total. Ekonomi hancur lebur. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Inilah dampak besar dimana manusia dipaksa untuk berhenti bergerak,” ujarnya. Hingga saat ini banyak negara di dunia yang melarang warganya untuk bepergian keluar negeri. Selain karena situasi pandemi Covid19, juga karena ekonomi global yang belum pulih atau belum normal.
Namun sesungguhnya, pandemi Covid19 ini mengingatkankan kepada manusia untuk melihat secara baru tentang spiritualitas pariwisata itu sendiri. Saatnya manusia mulai memilih kualitas perjalanannya, kualitas ziarahnya, dan akan berdampak pada kualitas outcome atau hasilnya. “Apa yang baru? Yang baru adalah cara pikir kita soal pariwisata. Yang baru adalah cara kita mengemas pariwisata. Yang baru adalah bagaimana cara kita mendatangkan wisatawan. Kalau dalam bahasa spiritualnya adalah manusia sebagai makhluk ziarah itu harus lebih berkualitas lagi,” urainya. Pandemi Covid19 ini merupakan ruang dan kesempatan bagi manusia untuk berbenah dan bertobat. Implementasinya bisa dilakukan dalam banyak aspek. Pemerintah sudah menawarkan kemasan tatanan kehidupan yang baru dengan protokol kesehatan (Prokes) maka semua orang tanpa kecuali hidup dengan Prokes. Selain itu pandemi Covid19 adalah saatnya membenahi produk pariwisata, saatnya membenahi infrastruktur pariwisata, saatnya membenahi SDM pariwisata, saatnya berpikir secara baru bagaimana wisata itu dilakukan. A05