Tutup 32 Jam, Potensi Lost Tol Bali Mandara Capai Rp 550 Juta
Denpasar [KP]-Tol Bali Mandara yang menghubungkan Denpasar-Ngurah Rai-Nusa Dua akan ditutup menjelang perayaan Nyepi. Hal ini disampaikan Direktur Utama Tol Bali Mandara Bali Enkky Sasono AW saat ditemui di Denpasar, Senin (4/3). Menurut Enkky, penutupan akan dilakukan sejak tanggal 6 Maret malam pukul 23.00 Wita dan baru akan dibuka lagi pada tanggal 8 Maret pukul 07.00 Wita. Penutupan dilakukan untuk menghormati umat Hindu yang saat itu sedang menjalankan hari raya Nyepi yang jatuh pada tanggal 7 Maret tahun 2019. Sekalipun Nyepi baru dimulai pada tanggal 7 Maret pukul 06.00 Wita, namun penutupan sudah dilakukan sejak malam sebelumnya yakni tanggal 6 Maret pukul 23.00 Wita karena saat itu petugas diberi kesempatan untuk mematikan seluruh lampu jalan dan menutup gerbang masuk sehingga memproleh waktu untuk kembali ke rumah masing-masing. Selama penutupan, tidak ada pembukaan jalur untuk emergensi dan tidak ada lampu penerangan jalan yang menyala. Semuanya dimatikan demi kekhusukan Nyepi di Bali.
Menurut Enkky, penutupan selama 32 jam tersebut membuat minimal ada 63 ribu kendaraan baik roda dua, roda empat untuk semua golongan tidak bisa melewati Tol Bali Mandara. Jumlah ini merupakan jumlah minimal karena kemungkinan terjadi lonjakan kendaraan sehingga jumlahnya bisa bertambah. “Dari sisi bisnis, asumsi 63 ribu kendaraan itu dari semua golongan, dari golongan 1 sampai 6. Kalau ditanya berapa kerugiannya, maka akan ada lost sekitar Rp 550 juta. Namun ini bukan disebut rugi, tetapi potensi lost. Apakah itu rugi, maka jawaban tentu tidak. Karena dalam perhitungan bisnis, dan karena Tol Bali Mandara ada di Bali maka sudah diperhitungkan bahwa selama Nyepi tidak beroperasi. Jadi tidak bisa disebut sebagai sebuah kerugian melainnya hanya potensi lost saja,” ujarnya.
Bahkan, seluruh rangkaian kegiatan Nyepi, sudah ada upacara Melasti. Tol Bali Mandara itu melewati tiga desa adat yakni Desa Adat Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, Desa Adat Tuban Kecamatan Kuta dan Desa Adat Bualu Kecamatan Kuta Selatan. Dalam upacara Melasti, Desa Adat Pedungan terpaksa harus melewati gerbang tol untuk menuju ke pura terdekat. “Satu jalur kita gunakan warga yang melaksanakan melasti dan satu jalurnya diatur dua arah berlawanan bagi kendaraan yang mau masuk ke tol,” ujarnya. Akibat petugas bersama anggota polisi merekayasa arus lalulintas menjadi satu jalur dengan dua arah (contra flow). Hal ini juga sangat menggangg kelancara Tol Bali Mandara dan berdampak pada jumlah kendaraan yang masuk ke tol. Namun lagi-lagi ini tidak menjadi alasan atau dihitung sebagai sebuah kerugian karena ini demi perayaan Nyepi yang dimulai dari upacara melasti. “Hasil koordinasi, Kelurahan Pedungan ada 14 banjar yang melasti di wilayah itu. Bila satu banjar ada 600 orang saja, maka ada sekitar 7000 orang yang melewati jalur menuju tol. Itulah sebabnya dilakukan contra flow untuk memberikan rasa aman ke umat Hindu yang sedang melakukan melasti. A05